Reaktualisasi Visi Masjid Mujahidin
(Diintikan
dari hasil perbincangan dengan Ust. Hasyim Yahya, Ketua Umum Yayasan Masjid
Mujahidin pada hari Senin dan Jumat/tanggal
09 dan 14 Ramadhan 1435 oleh Abdul Hakim Thohir,Lc,MBA)
Tanpa mengurangi penghargaan kepada para pendiri dan pengurus terdahulu Masjid
Mujahidin yang berlokasi di Jalan Perak Barat Nomer 275 Surabaya - semoga Allah
membalas kebaikan mereka, mengampuni dan merahmati mereka -, penamaannya dengan
menggunakan kata MUJAHIDIN perlu direaktualisasikan visinya sesuai dengan
pengertian faktual jihad dalam Islam.
Diantara pemahaman yang hilang dari ummat Islam masa kini adalah
pemahaman kata jihad. Kata jihad
sebagaimana diamalkan para mujahid yang mencari kesyahidan menjadi monster bagi
mayoritas dari ummat Islam, karena jauhnya mereka dari ibadah jihad,
meninggalkan dakwah kepada jihad, dominasi golongan sekuler terhadap mereka;
sehingga hilanglah pemahaman al-walaa' wa al-baraa' (siapa kawan dan
siapa lawan), kawan dijadikan lawan dan lawan dijadikan kawan. Padahal al-walaa' wa al-baraa' adalah bagian terpadu
dari tauhid uluhiyah yang terkandung dalam kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH.
Ditambah lagi dengan dominasi golongan sekuler yang berkepanjangan dari
generasi ke generasi menjadi legitimasi bahwa sekularisme adalah benar,
sebagaimana papatah bahasa Arab yang artinya, "Sesuatu apabila
berulang-ulang maka dia menjadi ketetapan (yang dianggap bahkan diyakini benar)".
Mereka melancarkan perang urat syaraf bahwa jihad adalah kejahatan dan kekerasan
yang bertentangan dengan Islam sebagai rahmatan lil'aalamiin. Akibatnya,
mayoritas ummat Islam menderita misunderstanding syndrome terhadap ibadah
jihad sebagai ibadah yang sama dengan shalat, zakat, puasa dan sebagainya. Para
pengamal ibadah jihad dituduh teroris, khawarij, menyimpang dari aqidah
ahlus-sunnah wal-jamaah dan seterusnya.
Akibat misunderstanding syndrome ini dan agar kata jihad tetap diterima,
dicarilah definisi jihad yang melemahkan dan bahkan memurtadkan ummat Islam,
bahwa jihad itu artinya bersungguh-sungguh. Jihadnya siswa adalah belajar
sungguh-sungguh supaya lulus jadi juara. Jihadnya guru adalah mengajar dan
mendidik dengan sungguh-sungguh untuk menghasilkan kader-kader bangsa yang
terbaik. Suami yang bersungguh-sungguh mencari nafkah untuk isterinya berarti
dia berjihad. Isteri yang bersungguh-sungguh melayani suaminya berarti berjihad
juga. Begitulah seterusnya.
Kalau penamaan mujahidin bagi masjid ini juga dimaksudkan seperti itu,
maka masjid mujahidin berarti masjid mujahidiin khaainiin
(masjid para mujahid pengkhianat). Tentu kita tidak mau disifati sebagai mujahidiin
khaainiin. Karenanya mari kita bertaubat dan memperbaiki diri dengan cara
mereaktualisasikan visi masjid mujahidin ini. Yaitu menjadikan masjid mujahidin
sebagai wadah untuk membina kader-kader mujahidin fi sabilillah dalam rangka
menegakkan tauhid uluhiyah terpadu berpedoman pada pemahaman as-salaf
ash-salih. Ya, tauhid uluhiyah terpadu, bukan tauhid uluhiyah
parsial. Tauhid yang untuknya Rasulullah saw diperintah agar memerangi manusia (dalam arti membunuh karena beliau
menggunakan kata uqaatil yang berarti aku memerangi dengan cara
membunuh), sebagaimana maksud salah satu sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan
Imam Bukhari didalam kitabnya 1/109 no. 392, " Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah..dst
"
Dan sebagaimana pemahaman Khalifah I, Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika
beliau memutuskan untuk memerangi kaum murtaddin gara-gara mereka tidak
mau membayar zakat (Lih.Shahih Bukhari : 1400). Inilah pemahaman salafi yang
perlu dipertahankan dan dilindungi dari bid'ah-bid'ah pemahaman jihad yang
mencuci otak ummat Islam dengan syubhat-syubhat beracun.
Jihadulkuffar,
berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits- setelah periode Mekkah adalah qitaal
(perang dengan cara membunuh) orang-orang kafir harbi sampai mereka
menyerah dengan cara masuk Islam atau menjadi kafir dzimmi (kafir yang
dilindungi) dengan cara tunduk dan patuh terhadap aturan kemasyarakatan Islam
dan membayar upeti.
Dalam kondisi status quo seperti sekarang ini, maka untuk melaksanakan
ibadah jihad, umat Islam wajib memulainya dengan I'daad (persiapan)
terlebih dahulu, sebagai pelaksanaan perintah Allah," Dan persiapkanlah
untuk menghadapi mereka kekuatan yang kalian sanggupi……" (QS Al-Anfal:
60)
Ya Rabb kami, kami telah menzalimi diri kami. Maka jika Engkau tidak
mengampuni kami dan tidak mengasihani kami, niscaya kami termasuk orang-orang
yang merugi (jadi penghuni neraka).